Dalam hadist sahih Riwayat Muslim, dari Muawiyah radhiyallahu’anhuma, “Suatu hari Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam menjumpai kami. Pada waktu itu kami sedang duduk bermajlis. Kami para sahabat Nabi Salallahu ‘Alaihi Wasallam sedang duduk di satu majlis di satu kumpulan, yang kemudian tujuannya kami duduk di Mesjid tersebut adalah untuk mengingat besarnya nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan untuk mengingat nikmat Islam dan Iman. Maka Rasulullah bersabda : “Apakah yg menyebabkan kalian duduk di Mesjid ini?”, Kami katakan: “kami duduk disini dalam rangka mengingat-ingat nikmat Islam dan anugerah yg dilimpahkan kepada kami”. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Demi Allah, apakah kalian tidak duduk di Mesjid ini kecuali untuk tujuan itu?” Maka para sahabatpun menjawab, “Demi Allah kami tidak duduk kecuali untuk tujuan itu”. Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “demi Allah bukanlah aku meminta kalian bersumpah karena ragu terhadap niat kalian, karena menuduh kalian berdusta, bukan, akan tetapi aku meminta kalian mengatakan itu karena barusan saja Malaikat Jibril datang kepadaku dan menyampaikan kepadaku bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala membanggakan kalian dihadapan para MalaikatNya, membanggakan orang yg hadir orang yg hadir di Mesjid ini di hadapan para MalaikatNya”.

Kita datang ke Mesjid untuk menuntut ilmu, karena ingin mendapat ridho Allah, yang cinta akan semua amalan-amalan yang mendekatkan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya kedudukan mencintai Allah Subhanahu wa  Ta’ala dalam Islam merupakan kedudukan yang paling sempurna dan sangat tinggi, yang merupakan hal yang paling agung dan mulia di sisi Allah.

Anugrah yang paling besar dari Allah, yaitu bila kita mencintai Allah. Kita diberiNya dari yang tiada menjadi ada (Allah maha mencipta dan membentuk ruh) dan semua yang ada pada kita yang tidak mampu dihitung oleh manusia. Sesungguhnya “kecintaan kepada Allah”‘ merupakan ruh yang ada pada manusia yang dapat menghidupkan hati dan agama seorang hamba, yang merupakan penyembuh bagi penyakit hati manusia, segala kekalutan hati dan kegundahan hati.

Kecintaan kepada Allah inilah yang menjadi motifasi utama untuk mengamalkan amalan-amalan sholeh yang membawa seorang hamba kepada kedudukan-kedudukan yang tinggi sehingga mendapatkan kebaikan-kebaikan dan kenikmatan yang akan didapat di dunia dan di akhirat.

Hadist Riwayat Tirmidzi: “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu kecintaan kepadaMu. Dan aku memohon kecintaan kepada orang-orang yg mencintaiMu”. Do’a ini baik untuk sering-sering dipanjatkan.

Barang siapa yg mencintai Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Allah akan mencintainya, menjaganya dari semua kebaikan, menolongnya dan akan mengabulkan permintaannya serta doanya, membimbingnya dengan pendengarannya dan memberikan taufik kepadanya. Allah berfirman : ” barang siapa memusuhi kekasihKu dan waliKu, maka Aku akan berperang kepadanya”.

Dari Imam Bukhari, diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Malaikat Jibril dan mengatakan, bahwa Allah mencintainya dan meminta Malaikat Jibril untuk mencintai hamba tersebut, dan memberi kabar kepada para Malaikat lain di langit untuk mencintai orang tersebut”.

Kecintaan kepada Allah merupakan kecintaan yg mengandung konsekuensi:

  • Penghambaan diri dan ketaatan kepada Allah dan merendahkan diri di hadapanNya.
  • Mengikhlaskan ibadah hanya kepadaNya dan tidak melakukan kesyirikan/penyekutuan (yang merupakan kecintaan yang tidak tulus).

Bukanlah sekedar berupa pengakuan tanpa bukti yang mudah dilakukan oleh orang-orang yahudi, yang mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak atau kekasih Allah, yang merupakan pengakuan saja tapi tanpa bukti.

Dan diantara manusia ada yang mengadakan tandingan-tandingan selain Allah, dan berbuat syirik, yang merupakan kecintaan yang tidak murni. Sedangkan orang-orang yang beriman, mereka mencintai Allah dengan kecintaan yang murni.

Dalam Al-Qur’an ada ayat yang berisi ujian/test tentang orang yang mengakui mencintai Allah harus dibuktikan dengan bukti yang nyata yaitu dengan mengikuti petunjuk yang dibawa Rasul.

Dari Ibn Katsir: “Ada sekelompok manusia yang mengakui mencintai Allah dengan kecintaan yang besar, maka Allah mengatakan: “Katakan ya Rasulullah kepada semua manusia, jika kalian benar-benar mencintaiKu, maka ikutilah  petunjuk yang Aku syariatkan dan yg sesuai tuntunan Rasulullah dalam menegakkan amalan-amalan, dan ini merupakan tindakan jujur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala”.

Allah tidak akan mencintai seorang hamba hanya dengan pengakuan saja. Allah mencintai umatnya yang mensucikan dirinya lahir dan bathin dan yang selalu taubat kepadaNya.

Perbedaan antara kecintaan yang benar/jujur kepada Allah dengan kecintaan yang hanya sekedar pengakuan yaitu:

  • Kecintaan yang jujur, memiliki bukti-bukti ketaatan kepada Allah yang mengikuti syariat agama, yang merupakan buah di dunia dan yang menghasilkan amalan-amalan sholeh. Adapun di akhirat akan memberikan buah kenikmatan yang sangat manis yang didapatkan oleh seorang hamba dan diselamatkan dari azab neraka. Dan yang paling tinggi adalah ketika bertemu Allah dan memandang wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  • Kecintaan yang hanya sekedar pengakuan, tanpa bukti, kecintaan ini tidak melahirkan ketaatan kepada Allah, malah memudahkan untuk bermaksiat dan dosa, tidak melaksanakan perintah Allah.

Ada 3 perkara yg barang siapa memilikinya akan merasakan nikmatnya Iman yaitu:

  1. Menjadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah lebih dicintainya lebih dari segala sesuatu di dunia.
  2. Dia mencintai manusia semata-semata karena Allah
  3. Dia tidak suka kembali kepada kekafiran dan dicampakkan kedalam api neraka setelah diberi Allah hidayah.

Akan merasakan kelezatan dan kemanisan Iman yaitu: orang yang ridho kepad Allah sebagai RobbNya dan Islam sebagai agamanya, serta Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam sebagai Rasulnya.

Ketika muncul berbagai macam fitnah yang melemahkan keImanan manusia dan timbulnya berbagai macam syahwat yang melemahkan seorang hamba dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari agama, maka ini dapat melemahkan kecintaan terhadap Allah dan bisa mengikis kecintaan kepada Allah.

Bahwa manusia memiliki musuh yaitu syaithon, iblis dan bala tentaranya. Syaithon tidak menginginkan seorang hamba untuk mencintai Allah, maka syaithon dari kalangan jin dan manusia bersungguh-sungguh dan tidak henti-hentinya untuk memalingkan manusia dan menghalangi manusia kepada kecintaan kepada Allah.

Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an: “Ingatlah ketika kami katakan kepada Malaikat untuk sujud pada Nabi Adam, kecuali syeithon/iblis yang enggan. Apakah aku (syeithon) sujud kepada manusia? Bahwa sesungguhnya manusia yang Engkau ciptakan ini, akan aku (syeithon) sesatkan. Maka sesungguhnya orang-orang yg mengikuti jalanmu, maka Aku jadikan balasan neraka jahannam.

Tarikan dan godaan syeithon merupakan janji-janji manis. Di zaman ini muncul berbagai macam fitnah yaitu internet, TV, HP, yang bisa dengan mudah sampai ke tangan kita, maka semua ini merupakan godaan syeithon yang bersungguh-sungguh untuk menyebarkannya dikalangan manusia yang merupakan sarana-sarana yg merusak.

Oleh sebab itu hamba yang jujur dalam mencintai Allah, menjadikan  kecintaan kepada Allah daripada mengikuti syeithon dan senantiasa menyibukkan diri dengan beramal dan senantiasa tholabul ilmu serta berdoa untuk melindunginya dari fitnah dunia ini dan dijaganya keImanan kepada Allah.

Jika seorang manusia menyibukkan diri dengan sarana yang buruk tadi, maka kecintaan dirinya kepada Allah dan amalan-amalan sholehnya akan hilang bahkan mungkin akan lenyap tak berbekas sama sekali, yang akan merubah hatinya menjadi sakit dan memperturutkan hawa nafsu. Orang-orang yang menyibukkan diri dengan sarana-sarana yang buruk dan merusakkan, kemudian setelah itu dia mengaku mencintai Allah maka ini adalah kecintaan yg dusta.

Sesungguhnya orang yg mengaku mencintai Allah maka akan metaati perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Sarana yang rusak tadi, memalingkan perhatian manusia untuk mencintai Allah, beramal kepada Allah, maka kita butuh mempelajari kembali motivasi yang dapat menumbuhkan kembali kecintaan kita kepada Allah  yaitu dengan tholabul ilmu.

“Adapun orang-orang yg beriman, Al-Qur’an dapat menjadikan Iman mereka bertambah”.

Sebab-sebab yang membantu manusia menumbuhkan kecintaan kepada Allah:

  1. Memberikan perhatian yang serius dan sungguh-sungguh kepada Al-Qur’an yang tidak ada kesalahan padanya, baik dari depan maupun belakang, yaitu: dalam hal membacanya dengan benar, berusaha mengerti dan memahami kandungannya dan mengamalkannya dengan sebenar-benarnya. Agar kita dapat mengambil pelajaran daripada Al-Qur’an, dan ini merupakan SEBAB YG UTAMA. Kita membaca Al-Qur’an dengan 1 ayat/surat, jangan dengan tujuan supaya cepat selesai, tapi harus membacanya dengan benar, mengerti kandungannya, dan untuk mengamalkannya. Inilah yg disebut sebagai Ahlul Qur’an yaitu orang-orang yang dekat dengan Allah dan orang-orang yang diistimewakan dengannya.
  2. Memberikan perhatian besar dan serius untuk mengerti kandungan dari nama-nama Allah yang sangat indah, dan sifat-sifatNya yang maha sempurna. Allah memiliki nama-nama indah, maka berdoalah dengan nama-nama tersebut dan berpalinglah dari nama-nama yang lain, maka Allah akan memberikan balasan yang setimpal. Semakin bertambah perhatiannya dalam memahami nama-nama Allah sesuai dengan pemahaman Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, maka akan bertambah pula ketaqwaannya, pengenalannya kepada Allah, karena orang yg mengenal Allah maka dialah orang yang paling takut kepada Allah dan paling ta’at kepada Allah dan yang paling menjauhkan larangan-laranganNya.
  3. Selalu memohon pertolongan kepada Allah dan banyak berdo’a kepada Nya, serta bersungguh-sungguh meminta kepada Nya. Allah akan mengabulkan hambanya yg berdo’a kepadaNya. Orang-orang yang sombong untuk beribadah kepadaNya maka akan masuk ke neraka yg sangat hina. Do’a-do’a dari hadist shahih antara lain: – Do’a memohon kecintaan Allah: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu kecintaan kepadaMu, kecintaan kepada orang-orang yg mencintaiMu dan kecintaan kepada semua amal yang mendekatkan aku kepada kecintaan kepada Mu”. – Do’a meminta keselamatan dari berbagai keburukan, – Do’a diberi hidayah dan taufik “Allahummahdinii wasadinni” Ya Allah berikanlah hidayah dan taufik kepadaku” , – Do’a memohon kebaikan dunia dan akhirat ” Robbanaa aatinaa fiddunyaa hasatan wa fil aakhiroti hasanatan wa qinaa ‘aza bannaar, – Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbi’ alaa diinika “Wahai yg Maha membolakbalikkan hati manusia, teguhkanlah hatiku diatas agama Mu”, – Allaahumma ‘ainnii ‘alaa zikrika wa syukrika wa husni ibaadatik “Ya Allah sesungguhnya aku memohon pertolongan kepadaMu untuk berdikir kepadaMu, untuk bersyukur kepadaMu, dan untuk memperbaiki ibadah-ibadahku kepadaMu”, – Allahumma inni dzolamtu nafsii dzulman kattsiron. Walaa yaghfiruzzunuuba illa anta faghfirlii maghfirotan min ‘indika warhamni innaka antal ghofuururrohiim. “Ya Allah sesungguhnya aku telah menzolimi diriku dengan kezoliman yang demikian banyak, maka ampunilah aku karena tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, ampunilah aku dengan pengampunan dari sisiMu , sesungguhnya Engkau maha pengampun lagi maha penyayang”. Bagi siapa saja yg dibukakan pintu-pintu do’a oleh Allah, maka akan dekat baginya untuk dikabulkan do’anya (memenuhi permohonan hambanya).
  4. Memberikan perhatian dan kesungguhan dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah dengan amalan-amalan yang wajib, berusaha menundukkan hawa nafsu dan mengamalkan amalan-amalan yang sunnah (Al-Qur’an dan Hadist), yang dapat mendekatkan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
  5. Berusaha bersungguh-sungguh dan sekuat tenaga menundukkan hawa nafsu untuk menjauhkan diri dari yang dilarang Allah, yang dapat mendekatkan diri dari hawa nafsu yang menyebabkan tertutupnya hati manusia untuk mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan jujur dan hal ini dapat membinasakan dirinya.
  6. Selalu mengutamakan/mendahulukan apa-apa yang dicintai Allah, melebihi hal-hal untuk mencintai keinginan memenuhi hawa nafsu kita dan mengutamakan ke ridhoan Allah diatas keutamaan hawa nafsu kita. Manisnya Iman: mewujudkan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah melebihi daripada kecintaan kepada apapun di dunia ini.
  7. Selalu mengingat-ingat dan merenungkan nikmat-nikmat Allah, anugrah-anugrah kebaikan Allah yang dilimpahkan kepada manusia. Karena manusia tidak akan mampu membatasi nikmat Allah, nikmat apa saja yang ada pada manusia merupakan dari sisi Allah. Contoh: memberikan pendengaran, penglihatan, sehat, tempat tinggal dll.
  8. Duduk berteman dan bergaul dengan orang-orang yang baik dan sholeh. Yang selalu beribadah melakukan ketaatan dan amalan-amalan sholeh kepada Allah untuk mengambil manfaat atau kebaikan dari nasehat-nasehat mereka yang agung, dan meneladani akhlak-akhlak mereka yang baik. Hal ini akan membawa pengaruh yang besar untuk meniru akhlak mereka yang baik. “Seseorang itu tergantung dari agama teman dekatnya”.
  9. Berusaha dan sungguh-sungguh untuk kita memiliki bagian walaupun sedikit untuk beribadah kepada Allah di 1/3 malam terakhir, karena merupakan waktu yang sangat agung untuk beribadah kepada Allah. Allah turun ke langit dunia setiap malam ketika tinggal sisa waktu 1/3 malam yang terakhir. Siapa yang berdo’a kepada Allah , maka akan dikabulkan do’anya dan Allah akan ampuni segala dosa-dosanya.
  10. Terus menerus dan sering serta banyak berdzikir kepada Allah, mengingat-ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang-orang yang beriman akan tenang dan damai hatinya ketika berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

********************************************************************************************

Dipublikasikan kembali oleh www.pustakaalatsar.wordpress.com 

Prof.Dr Abdul Rozzak bin Abdul Muhsin hafidhahullah, dalam Tabligh Akbar di Masjid Istiqlal, 19-2-2012