Ada sebuah atsar dari Sahabat Rasulillah صلى الله عليه وسلم yang mana menunjukkan keagungan akhlak mereka. Mereka tidak terlena dan besar kepala karena pujian yang dilontarkan orang lain, sehingga pujian ini tidak mencelakakan mereka. Mereka tetap menyadari diri mereka tidak luput dari dosa. Kesadaran ini mendorong mereka senantiasa mohon ampun kepada Allah عزوجل, memohon rahmat dan ihsan Allah عزوجل. [syarhu Hisnil Muslim]
ketika dipuji mereka berkata…

الهم لا تؤاخذني بما يقولون, واغفرلي ما لا يعلمون (واجعلني خيرا مما يظنون)      رواه البخاري

Allahumma laa tuaakhidzni bimaa yaquuluun, waghfirli maa laa ya’lamuun (waj’alni khoiron mimmaa yadhunnuun)

Artinya:

“Yaa Allah, janganlah Engkau hukum aku dengan sebab (pujian) yang mereka ucapkan, dan ampunilah aku dari (perbuatan dosa) yang tidak mereka ketahui (dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka)

[HR Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no 761 dan dalam Shahihul Adabil Mufrad no 585, Syaikh Albani رحمه الله menilai sanad riwayat ini shahih. Bagian terakhir dari atsar ini merupakan tambahan dalam riwayat Baihaqi dalam Syu’abul Iman 4/228]

 

– ditulis ulang dengan sedikit editing pada susunan dan terjemahan, dari Majalah As-Sunnah edisi 06/Thn.XIV Dzulqa’dah 1431H, Oktober 2010  – hadiah dari salah seorang sahabat-semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.
Pernah dikirim di milis muslims-omanindo@googlegroups.com tanggal 7 Februari 2011