Memuji tanpa Mengagumi

Leave a comment

AlhamduAdakah suatu sikap dimana seseorang memuji orang lain tapi sebenarnya tidak benar-benar mengagumi orang yang dipuji, dimana dia sebenarnya tidak memuji orang tersebut karena orang tersebut memiliki kelebihan atau keistimewaan? Tentu ada. Bukankah ada orang yang memuji orang lain karena demi keselamatan jiwanya, atau kemaslahatan dunianya, mengharapkan manfaat dari orang yang dipujinya dan menolak mudarat dari orang yang dipujinya. Sayangnya, dalam bahasa Indonesia, keduanya akan tetap disebut dengan kata “memuji” atau “pujian”, dan dalam bahasa Inggeris akan disebut dengan kata “praise”. Berbeda halnya dengan kata yang dipakai dalam bahasa Arab yang memang kaya akan kata-kata.

Dalam bahasa Arab, sikap memuji yang tidak membawa konsekuensi adanya dorongan rasa cinta dan pengagungan, ditunjukkan dengan kata المدح . Lalu adakah kata-kata yang mewakili sikap memuji yang membawa kepada konsekuensi akan rasa cinta dan pengagungan terhadap yang dipuji? Dialah kata الحمد . Maka dari itu, pujian kepada Allah selalu menggunakan kata الحمد yang diiringi dengan nama Allah الحمد لله.

Jadi الحمد adalah penyifatan sesuatu dengan kesempurnaan (pujian) yang dibarengi dengan dorongan rasa cinta dan pengagungan kepada Dzat yang dipuji.

 

Solo, 1 Rabi’ul Awwal 1439H

Mengambil faedah dari Tafsir Surat Al-Kahfi Ibn Utsaimin rahimahullah

Kumpulan Doa Nabi

2 Comments

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Berikut beberapa doa yang dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Semoga bisa kita amalkan,

1. Ditetapkan hati dalam Iman

اَللَّهُمَّ يا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ، صَرِّفْ قُلُوْبُنَا عَلَى دِينِكَ

“Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu.” (HR. Muslim 2654)

2. Ampunan dalam segala hal

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ، وَجَهْلِيْ، وَإِسْرَافِيْ فِي أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جَدِّيْ وَهَزْلِيْ، وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ، وَكُلُّ ذلِكَ عِنْدِيْ، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ، وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ، وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

“Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, keberlebih-lebihan dalam perkaraku, dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah diriku dalam kesungguhanku, kelalaianku, kesalahanku, kesengajaanku, dan semua itu adalah berasal dari sisiku. Ya Allah, ampunilah aku dari segala dosa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, segala dosa yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan, dan dosa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku, Engkaulah Yang Maha Mendahulukan dan Yang mengakhirkan, dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (HR. Bukhari 6398 dan Muslim 2719).

3. Mohon Diperbaiki Segala Urusan More

Apa VISI mu?

Leave a comment

Dalam sebuah dialog, seorang teman bertanya kepada atasannya, “Apa Visi-mu?”

Sang atasan pun menjawab, “Aku ingin menjadi Pemimpin dalam Bisnis”

Mempunyai Visi adalah suatu hal yang benar. Karena dengan mempunyai Visi, berarti seseorang telah mempunyai gambaran terhadap sesuatu yang ingin dicapai di masa yang akan datang, bahkan jauh ke depan. Dialog diatas mengingatkan kembali akan Visi seorang Muslim dalah hal kepemimpinan. Dimana dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah yang harus dijalankan dan dipertanggungjawabkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).

Sehingga tidaklah mengherankan, tatkala Umar bin Abdul Aziz rahimahullahu mendengar pengangkatan beliau sebagai Khalifah, beliau menganggapnya sebagai musibah, sambil berkata “inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun” (Tarikh ath-Thabari).

Akan tetapi, Allah Ta’ala sebagai Rabb telah men-tarbiyah hamba-Nya melalui sebuah do’a yang membimbing hamba-Nya kepada permintaan yang lebih tepat dalam hal kepemimpinan, demi keselamatan hamba-Nya.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (Al Furqaan: 74)

Jadikanlah kami imam/pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” adalah Visi seorang Muslim dalam kepemimpinan. Bahwa seorang Muslim mengharapkan agar bisa menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang senantiasa berusaha melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena seorang Muslim yang menyadari betapa beratnya kepemimpinan, betapa besar tanggung jawab yang harus dipikulnya, ketakwaan orang-orang yang dipimpinnya akan membantu meringankan beban yang harus dipertanggungjawabkannya kelak.

Maka milikilah Visi dalam kepemimpinan sebagaimana Allah Ta’ala telah mengajarkan kepada kita.

Kuala Belait, 4 Rabi’ul Awwal 1437

Hati yang Selamat dan Lisan yang Jujur

Leave a comment

اللهم إني أسألك الثبات في الأمر, و العزيمة على الرشد, و أسألك موجبات رحمتك, و عزائم مغفرتك, و أسألك شكر نعمتك, و حسن عبادتك, و أسألك قلبا سليما, و لسانا صادقا, و أسألك من خير ما تعلم, و أعوذ بك من شر ما تعلم, و أستغفرك لما تعلم, إنك أنت علام الغيوب
Wahai Allah, Aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala perkara, dan tekad kuat untuk senantiasa meniti petunjuk. Aku memohon kepada-Mu segala yang bisa mendatangkan rahmat-Mu, dan segala yang bisa mengundang ampunan-Mu. Aku memohon kepada-Mu rasa syukur atas nikmat-Mu dan ibadah yang bagus. Aku memohon kepada-Mu hati yang selamat dan lisan yang jujur. Aku memohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau ketahui, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang Engkau ketahui. Aku meminta ampunan kepada-Mu atas dosa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui perkara-perkara ghaib.
[HR. At-Thabrani dalam al-Mu’jamil Kabir, no 7135 dan dalam ad-Du’a, 631 dan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, 1/265 – disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 12 Tahun XVIII Jumadil Akhir 1436H April 2015]
Sukra, Sabtu, 7 Dzul Qa’dah 1436H, selesai jam 8.40 pagi.

Diantara Rizki itu…

Leave a comment

pendekatan“ Sesungguhnya telah disempurnakan penciptaan salah seorang dari kalian dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian dia menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus kepadanya malaikat, kemudian ditiupkan ruh kepadanya, lalu malaikat tersebut diperintahkan untuk menulis empat perkara; untuk menulis rizkinya, ajalnya dan amalannya dan nasibnya (setelah mati) apakah dia celaka atau bahagia. (HR Bukhari dan Muslim. Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Bid’ul Khalqi/3208/Fath]. Muslim di dalam [Al Qadar/2463/Abdul Baqi]). 1 diantara 4 hal yang telah dituliskan (ditakdirkan) adalah Rizki. Seringkali Rizki hanya dipahami sebagai harta benda dan penghasilan seseorang. Padahal Rizki Allah lebih luas dari sekedar harta benda dan penghasilan. Ilmu dan Pemahaman terhadap Agama adalah Rizki, kelapangan waktu adalah Rizki, begitu pula pasangan hidup kita adalah juga Rizki dari Allah. Allah Ta’ala telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, dan telah menciptakan bagi manusia pasangan hidupnya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Ar Ruum 21).  More

Keunikan-Keunikan Bahasa Arab [Bag. 1]

1 Comment

arabjamiilBahasa Al-Quran ini memiliki beberapa keunikan yang bisa kita dapatkan ketika mempelajarinya. Kami mengumpulkannya agar kaum muslimin bisa tertarik mempelajari bahasa Agama mereka. Karena bahasa Arab sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Akan tetapi Bahasa Arab di zaman ini sangat jauh dari kaum muslimin khususnya di Indonesia.

Cukup dengan mengerti dasar-dasar bahasa Arab, kaum muslimin bisa mengerti lebih dalam petunjuk hidup mereka dan tidak perlu bergantung dengan terjemahan. Dan terjemahan tidak bisa menggantikan makna keseluruhan Al-Quran, oleh karena itu dalam mushaf Indonesia ditulis “terjemah maknawi Al-Quran”. Agak menyusahkan juga jika ada pentunjuk jalan semisal peta, tetapi orang yang hendak ke tujuan masih belum menguasi benar petunjuk tersebut.

Sebagai contoh terjemah makna yang kami maksud kurang mengena tersebut,

Allah Ta’ala berfirman pada surat Yusuf ayat 2,

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Terjemah maknawi dalam Mushaf Indonesia oleh Yayasan Penyelenggara penterjemaah/Pentafsir Al-Quran yang ditunjuk oleh Menteri Agama dengan selaku ketua Prof.R.H.A Soenarjo S.H, sebagai berikut:

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” [yusuf:2] More

Faedah Surat Al-Kahfi ayat 28

1 Comment

Jangan Salah Pilih Teman

Menjelang hari Jum’at yang barokah, dimana disunnahkah bagi kita untuk membaca surat Al-Kahfi, berikut salah satu ayat di surat yang mulia tersebut, ayat 28:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطاً
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
Diantara faedah dari ayat diatas sebagai berikut:
  1. Kewajiban bersabar dalam bermuamalah, dimana hal ini termasuk kesabaran dalam ketaatan kepada Allah, yang merupakan kesabaran yang tertinggi diantara tiga jenis kesabaran (bersabar dalam ketaatan kepada Allah; bersabar dalam menahan diri dari yang diharamkan Allah; bersabar dari Takdir Allah). Karena kesempurnaan kesabaraan dalam ketaatan akan membantu kesempurnaan kesabaran dalam selainnya. Kesabaran jenis ini (dalam ketaatan kepada Allah) membutuhkan usaha yang keras.
  2. Bergaul dengan orang-orang yang sholeh mungkin akan dijumpai hal-hal yang tidak sesuai dengan selera kita, karena mereka bermuamalah berdasarkan level kesholehan mereka sedangkan kita bermuamalah sesuai dengan level kita. Maka kita bersabar untuk berusaha menyesuaikan dengan kesholehan mereka.
  3. Ayat ini juga mengandung jenis kesabaran dalam meninggalkan sesuatu yang diharamkan Allah. Dimana orang sholeh pun pasti mempunyai kekurangan, maka bersabarlah dalam begaul dengannya.
  4. Persaudaraan diatas agama lebih kokoh dibandingkan persaudaraan diatas nasab, karena persaudaraan diatas nasab akan terputus jika beda agama, sedangkan persaudaraan diatas agama tidak akan putus sekalipun beda nasab.
  5. Barangsiapa yang mencari saudara yang tidak ada aibnya, maka selama-lamanya dia tidak akan mempunyai saudara.
  6. Kesabaran terhadap orang sholeh dengan cara sabar dalam menyamai kesholehan mereka, dan sabar dalam menyikapi kekurangan mereka.
  7. Jika bergaul dengan orang Sholeh harus sabar, maka bergaul dengan orang awam harus lebih sabar.
  8. Anjuran untuk beribadah, berdzikir, di pagi dan petang. Dua waktu ini senantiasa disebutkan dengan anjuran berdzikir padanya. Makna dzikir: 1) dzikir secara umum-dengan hati dan lisan; 2) dzikir dengan membaca Al-Qur’an. Orang yang hanya dzikir lisan saja masih belum sempurna, akan tetapi masih dalam kebaikan karena minimal lisannya selamat dari sesuatu yang sia-sia.
  9. Penetapan Wajah Allah Ta’ala.
  10. Menurut Syaikh Utsaimin: تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا — merupakan isyarat, bahwa jika Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berpaling dari mereka karena alasan agama, maka tidak termasuk dalam larangan pada ayat ini. Jadi dalam hal ini tidak mutlak dilarang berpaling dari orang-orang dhuafa jika  yang menjadi pertimbangan adalah maslahat agama.

Ilmu agama akan meningkatkan kepekaan kita dalam beribadah dan bermuamalah, karena ilmu agama adalah cahaya yang dengannya menjadi terang segala sesuatu. Dan solusi dari mempunyai ilmu agama yang mendalam adalah dengan terus menerus mempelajari ilmu agama. Kita akan bisa menikmati sesuatu jika tahu ilmunya.

Artikel Pustaka Al-Atsar 

Catatan dari kajian Ustadz Abu Yaman

Sunnah, Sunnah, dan Sunat?

Leave a comment

ConfusingKata-kata “Sunnah” memang sudah tidak asing lagi bagi kaum muslimin. Seringkali disampaikan oleh para ustadz, khatib, guru, dan bahkan sering diucapkan oleh kebanyakan muslim. Tapi siapa sangka, ternyata kata “Sunnah” sering dipahami dengan maksud lain. Bisa saja dilakukan semacam survey singkat, informal, dengan menanyakan kepada kaum muslimin secara tentang yang mereka pahami sebagai “Sunnah”. Hampir bisa dipastikan, jawaban yang paling banyak adalah memaknai kata “Sunnah” dengan definisi “suatu amalan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa”.

Apakah itu salah? More

Jangan Lewatkan Hari tanpa 3 Perkara Ini!

Leave a comment

menjelang-pagi-hariRasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan sebuah do’a, yang mana beliau senantiasa berdo’a dengan do’a ini setiap selesai shalat Shubuh. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha

(( اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا طيبا وعملا متقبلا ))

“Ya Allah, aku memohon kepadamu Ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, serta amal yang diterima” [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Thabrani, dan yang lainnya, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Ibnu Majah]

Hal ini merupakan sinyal yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, agar hari-hari kita tidak kosong dari 3 hal tersebut, yaitu:

Pertama, agar senantiasa kita Menambah Ilmu, bukan sekedar ilmuakan tetapi yang diinginkan adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu agama, yang dengannya kita mengetahui apa-apa yang diinginkan Allah Ta’ala dan apa-apa yang telah disampaikan oleh RasulNya shallallahu’alaihi wasallam. Ilmu hanya diperoleh dengan mempelajarinya. Maka dengan memanjatkan do’a ini, kita berharap agar Allah Ta’ala memberi taufiq kepada kita sehingga terdorong hati kita untuk menuntut ilmu, mempelajarinya demi mengangkat kebodohan dari diri kita. Terlebih lagi, segala bentuk sarana telah tersedia pada hari ini, yang memudahkan kita untuk mendapatkan ilmu agama, kapan saja, dan dimana saja.

Kedua, Agar kita juga Mencari Rizki, bekerja dan berkarya, tidak duduk-duduk menantikan uluran tangan dari orang lain. Islam menganjurkan mencari rizki demi untuk dapat melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dengan rizki tersebut kita bisa menyempurnakan shalat kita, dengan rizki tersebut kita bisa bersedekah baik yang wajib maupun yang sunnah, dengan rizki tersebut mungkin mencukupi untuk menunaikan umrah maupun haji, dan segala bentuk ketaatan lainnya. Akan tetapi tidak berarti semua rizki, melainkan hanya yang halal. Karena hanya rizki yang halal yang akan memberikan keberkahan. Dan karena Allah Ta’ala tidak akan menerima kecuali dari yang halal dan baik.

Ketiga, agar kita banyak beramal shaleh. Kita sangat butuh agar amalan kita diterima Allah Ta’ala. Setelah bersusah payah, mengorbankan waktu, tenaga, harta, tentu kita ingin agar semua itu diterima Allah Ta’ala sehingga mendapat balasan yang diinginkan. Akan tetapi Allah hanya akan menerima amal yang shaleh, yaitu amal yang dilandasi 2 hal utama: Ikhlas (semata-mata mengharap Wajah Allah), serta Muttaba’ah (beramal hanya dengan petunjuk yang telah dibawa oleh Muhammad shallallahu’alaihi wasallam).

Dan ketiga hal diatas saling berhubungan satu sama lain.

Dengan Ilmu yang bermanfaat kita dapat mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, sehingga dalam mencari rizki pun kita mengetahui batasan-batasannya dan memastikan hanya mencari yang halal.

Dan hanya dengan ilmu lah suatu amal dapat ditegakkan dengan benar, sesuai yang diinginkan Allah dan RasulNya, sehingga amalan pun diterima. Karena amalan yang tidak dilandasai dengan ilmu, yaitu yang tidak berdasarkan petunjuk Allah dan RasulNya, maka amalan tersebut akan tertolak, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh A’isyah radhiyallahu’anha “Barangsiapa yang beramal dengan suatu amalan yang bukan atas petunjuk kami, maka amalan tersebut tertolak” (Riwayat Muslim, shahih).

Demikian juga, harta yang halal juga menentukan apakah amalan kita diterima atau ditolak. Sebagaimana hadits yang menceritakan seorang musafir yang berdo’a kepada Allah dalam safarnya “Ya Rabb, Ya Rabb…” akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, sehingga Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda “Bagaimana do’anya akan dikabulkan?” (Riwayat Muslim, shahih). Padahal orang tersebut berada pada kondisi dimana jika berdo’a tidak akan tertolak, tapi ternyata Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengabarkan bahwa do’anya tertolak lantaran makanan, minuman, serta pakaiannya berasal dari sesuatu yang haram.

Semoga dengan mentadabburi do’a diatas, dapat memotivasi diri kita untuk senantiasa mengisi hari-hari yang kita lalui dengan ketiga amalan diatas.

———————————-

Pustaka Al-Atsar

Al Khobar, 27 Shafar 1434H

Faedah dari penjelasan ustadz Abu Yahya Badrussalam dalam kajian Mukhtashar Minhajul Qasidin

Syarah Do’a Pelipur Lara

6 Comments

hujan menghidupkanAda sebuah do’a yang sangat indah yang pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan bahkan beliau sangat menganjurkan agar umatnya mempelajari do’a ini. Do’a ini merupakan do’a “pelipur lara” yang sangat dibutuhkan oleh setiap diri kita.

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu’aliahi wasallam bersabda: “apabila seorang hamba ditimpa kegelisahan atau kesedihan, lalu ia berdo’a:

 اَللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْعَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ وَذَهَابَ هَمِّيْ وَغًمِّيْ

‘Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hamba laki-lakiMu, anak hamba perempuanMu, ubun-ubunku ada di TanganMu, hukumMu berlaku atasku, TakdirMu adil bagiku. Aku memohon kepadaMu dengan setiap Nama yang Engkau miliki, yang dengannya Engkau namakan diriMu sendiri, atau yang engkau turunkan (nama itu) di dalam kitabMu, atau Engkau ajarkan (nama itu) kepada seorang dari makhlukMu, atau yang hanya Engkau ketahui sendiri; kiranya Engkau jadikan al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya di dadaku, pelipur laraku, serta pengusir kecemasan dan keresahanku’

niscaya Allah akan menghilangkan kecemasan dan kesedihannya, kemudian Dia akan menggantikan semua itu dengan kegembiraan”. Kemudian para Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkan kami mempelajari (menghafal) kalimat-kalimat tersebut?”. Beliau menjawab, “Ya, hendaknya siapa saja yang mendengarnya mempelajarinya” [Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, Abu Ya’la, al-Hakim, dan yang lainnya, dengan sanad yang shahih]

Ibnul Qayyim al-Jauziyah rahimahullah, menguraikan kalimat-per-kalimat dengan sangat indah sehingga sangat membantu dalam memahami serta menghayati do’a yang indah ini, sebagaimana yang terdapat dalam al-Fawaid: More

Older Entries