Memuji tanpa Mengagumi

Leave a comment

AlhamduAdakah suatu sikap dimana seseorang memuji orang lain tapi sebenarnya tidak benar-benar mengagumi orang yang dipuji, dimana dia sebenarnya tidak memuji orang tersebut karena orang tersebut memiliki kelebihan atau keistimewaan? Tentu ada. Bukankah ada orang yang memuji orang lain karena demi keselamatan jiwanya, atau kemaslahatan dunianya, mengharapkan manfaat dari orang yang dipujinya dan menolak mudarat dari orang yang dipujinya. Sayangnya, dalam bahasa Indonesia, keduanya akan tetap disebut dengan kata “memuji” atau “pujian”, dan dalam bahasa Inggeris akan disebut dengan kata “praise”. Berbeda halnya dengan kata yang dipakai dalam bahasa Arab yang memang kaya akan kata-kata.

Dalam bahasa Arab, sikap memuji yang tidak membawa konsekuensi adanya dorongan rasa cinta dan pengagungan, ditunjukkan dengan kata المدح . Lalu adakah kata-kata yang mewakili sikap memuji yang membawa kepada konsekuensi akan rasa cinta dan pengagungan terhadap yang dipuji? Dialah kata الحمد . Maka dari itu, pujian kepada Allah selalu menggunakan kata الحمد yang diiringi dengan nama Allah الحمد لله.

Jadi الحمد adalah penyifatan sesuatu dengan kesempurnaan (pujian) yang dibarengi dengan dorongan rasa cinta dan pengagungan kepada Dzat yang dipuji.

 

Solo, 1 Rabi’ul Awwal 1439H

Mengambil faedah dari Tafsir Surat Al-Kahfi Ibn Utsaimin rahimahullah

Kumpulan Doa Nabi

2 Comments

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Berikut beberapa doa yang dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Semoga bisa kita amalkan,

1. Ditetapkan hati dalam Iman

اَللَّهُمَّ يا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ، صَرِّفْ قُلُوْبُنَا عَلَى دِينِكَ

“Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu.” (HR. Muslim 2654)

2. Ampunan dalam segala hal

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ، وَجَهْلِيْ، وَإِسْرَافِيْ فِي أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ جَدِّيْ وَهَزْلِيْ، وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ، وَكُلُّ ذلِكَ عِنْدِيْ، اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ، وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ، وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

“Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kebodohanku, keberlebih-lebihan dalam perkaraku, dan apa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah diriku dalam kesungguhanku, kelalaianku, kesalahanku, kesengajaanku, dan semua itu adalah berasal dari sisiku. Ya Allah, ampunilah aku dari segala dosa yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, segala dosa yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan, dan dosa yang Engkau lebih mengetahui daripadaku, Engkaulah Yang Maha Mendahulukan dan Yang mengakhirkan, dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (HR. Bukhari 6398 dan Muslim 2719).

3. Mohon Diperbaiki Segala Urusan More

Apa VISI mu?

Leave a comment

Dalam sebuah dialog, seorang teman bertanya kepada atasannya, “Apa Visi-mu?”

Sang atasan pun menjawab, “Aku ingin menjadi Pemimpin dalam Bisnis”

Mempunyai Visi adalah suatu hal yang benar. Karena dengan mempunyai Visi, berarti seseorang telah mempunyai gambaran terhadap sesuatu yang ingin dicapai di masa yang akan datang, bahkan jauh ke depan. Dialog diatas mengingatkan kembali akan Visi seorang Muslim dalah hal kepemimpinan. Dimana dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah yang harus dijalankan dan dipertanggungjawabkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).

Sehingga tidaklah mengherankan, tatkala Umar bin Abdul Aziz rahimahullahu mendengar pengangkatan beliau sebagai Khalifah, beliau menganggapnya sebagai musibah, sambil berkata “inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun” (Tarikh ath-Thabari).

Akan tetapi, Allah Ta’ala sebagai Rabb telah men-tarbiyah hamba-Nya melalui sebuah do’a yang membimbing hamba-Nya kepada permintaan yang lebih tepat dalam hal kepemimpinan, demi keselamatan hamba-Nya.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً

“Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (Al Furqaan: 74)

Jadikanlah kami imam/pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” adalah Visi seorang Muslim dalam kepemimpinan. Bahwa seorang Muslim mengharapkan agar bisa menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang senantiasa berusaha melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Karena seorang Muslim yang menyadari betapa beratnya kepemimpinan, betapa besar tanggung jawab yang harus dipikulnya, ketakwaan orang-orang yang dipimpinnya akan membantu meringankan beban yang harus dipertanggungjawabkannya kelak.

Maka milikilah Visi dalam kepemimpinan sebagaimana Allah Ta’ala telah mengajarkan kepada kita.

Kuala Belait, 4 Rabi’ul Awwal 1437

Hati yang Selamat dan Lisan yang Jujur

Leave a comment

اللهم إني أسألك الثبات في الأمر, و العزيمة على الرشد, و أسألك موجبات رحمتك, و عزائم مغفرتك, و أسألك شكر نعمتك, و حسن عبادتك, و أسألك قلبا سليما, و لسانا صادقا, و أسألك من خير ما تعلم, و أعوذ بك من شر ما تعلم, و أستغفرك لما تعلم, إنك أنت علام الغيوب
Wahai Allah, Aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam segala perkara, dan tekad kuat untuk senantiasa meniti petunjuk. Aku memohon kepada-Mu segala yang bisa mendatangkan rahmat-Mu, dan segala yang bisa mengundang ampunan-Mu. Aku memohon kepada-Mu rasa syukur atas nikmat-Mu dan ibadah yang bagus. Aku memohon kepada-Mu hati yang selamat dan lisan yang jujur. Aku memohon kepada-Mu kebaikan yang Engkau ketahui, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang Engkau ketahui. Aku meminta ampunan kepada-Mu atas dosa yang Engkau ketahui. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Mengetahui perkara-perkara ghaib.
[HR. At-Thabrani dalam al-Mu’jamil Kabir, no 7135 dan dalam ad-Du’a, 631 dan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah, 1/265 – disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 12 Tahun XVIII Jumadil Akhir 1436H April 2015]
Sukra, Sabtu, 7 Dzul Qa’dah 1436H, selesai jam 8.40 pagi.

Diantara Rizki itu…

Leave a comment

pendekatan“ Sesungguhnya telah disempurnakan penciptaan salah seorang dari kalian dalam perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma, kemudian dia menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus kepadanya malaikat, kemudian ditiupkan ruh kepadanya, lalu malaikat tersebut diperintahkan untuk menulis empat perkara; untuk menulis rizkinya, ajalnya dan amalannya dan nasibnya (setelah mati) apakah dia celaka atau bahagia. (HR Bukhari dan Muslim. Shahih dikeluarkan oleh Al Bukhari di dalam [Bid’ul Khalqi/3208/Fath]. Muslim di dalam [Al Qadar/2463/Abdul Baqi]). 1 diantara 4 hal yang telah dituliskan (ditakdirkan) adalah Rizki. Seringkali Rizki hanya dipahami sebagai harta benda dan penghasilan seseorang. Padahal Rizki Allah lebih luas dari sekedar harta benda dan penghasilan. Ilmu dan Pemahaman terhadap Agama adalah Rizki, kelapangan waktu adalah Rizki, begitu pula pasangan hidup kita adalah juga Rizki dari Allah. Allah Ta’ala telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan, dan telah menciptakan bagi manusia pasangan hidupnya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Ar Ruum 21).  More

Keunikan-Keunikan Bahasa Arab [Bag. 1]

1 Comment

arabjamiilBahasa Al-Quran ini memiliki beberapa keunikan yang bisa kita dapatkan ketika mempelajarinya. Kami mengumpulkannya agar kaum muslimin bisa tertarik mempelajari bahasa Agama mereka. Karena bahasa Arab sangat penting dalam kehidupan seorang muslim. Akan tetapi Bahasa Arab di zaman ini sangat jauh dari kaum muslimin khususnya di Indonesia.

Cukup dengan mengerti dasar-dasar bahasa Arab, kaum muslimin bisa mengerti lebih dalam petunjuk hidup mereka dan tidak perlu bergantung dengan terjemahan. Dan terjemahan tidak bisa menggantikan makna keseluruhan Al-Quran, oleh karena itu dalam mushaf Indonesia ditulis “terjemah maknawi Al-Quran”. Agak menyusahkan juga jika ada pentunjuk jalan semisal peta, tetapi orang yang hendak ke tujuan masih belum menguasi benar petunjuk tersebut.

Sebagai contoh terjemah makna yang kami maksud kurang mengena tersebut,

Allah Ta’ala berfirman pada surat Yusuf ayat 2,

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Terjemah maknawi dalam Mushaf Indonesia oleh Yayasan Penyelenggara penterjemaah/Pentafsir Al-Quran yang ditunjuk oleh Menteri Agama dengan selaku ketua Prof.R.H.A Soenarjo S.H, sebagai berikut:

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” [yusuf:2] More

Faedah Surat Al-Kahfi ayat 28

1 Comment

Jangan Salah Pilih Teman

Menjelang hari Jum’at yang barokah, dimana disunnahkah bagi kita untuk membaca surat Al-Kahfi, berikut salah satu ayat di surat yang mulia tersebut, ayat 28:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطاً
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
Diantara faedah dari ayat diatas sebagai berikut:
  1. Kewajiban bersabar dalam bermuamalah, dimana hal ini termasuk kesabaran dalam ketaatan kepada Allah, yang merupakan kesabaran yang tertinggi diantara tiga jenis kesabaran (bersabar dalam ketaatan kepada Allah; bersabar dalam menahan diri dari yang diharamkan Allah; bersabar dari Takdir Allah). Karena kesempurnaan kesabaraan dalam ketaatan akan membantu kesempurnaan kesabaran dalam selainnya. Kesabaran jenis ini (dalam ketaatan kepada Allah) membutuhkan usaha yang keras.
  2. Bergaul dengan orang-orang yang sholeh mungkin akan dijumpai hal-hal yang tidak sesuai dengan selera kita, karena mereka bermuamalah berdasarkan level kesholehan mereka sedangkan kita bermuamalah sesuai dengan level kita. Maka kita bersabar untuk berusaha menyesuaikan dengan kesholehan mereka.
  3. Ayat ini juga mengandung jenis kesabaran dalam meninggalkan sesuatu yang diharamkan Allah. Dimana orang sholeh pun pasti mempunyai kekurangan, maka bersabarlah dalam begaul dengannya.
  4. Persaudaraan diatas agama lebih kokoh dibandingkan persaudaraan diatas nasab, karena persaudaraan diatas nasab akan terputus jika beda agama, sedangkan persaudaraan diatas agama tidak akan putus sekalipun beda nasab.
  5. Barangsiapa yang mencari saudara yang tidak ada aibnya, maka selama-lamanya dia tidak akan mempunyai saudara.
  6. Kesabaran terhadap orang sholeh dengan cara sabar dalam menyamai kesholehan mereka, dan sabar dalam menyikapi kekurangan mereka.
  7. Jika bergaul dengan orang Sholeh harus sabar, maka bergaul dengan orang awam harus lebih sabar.
  8. Anjuran untuk beribadah, berdzikir, di pagi dan petang. Dua waktu ini senantiasa disebutkan dengan anjuran berdzikir padanya. Makna dzikir: 1) dzikir secara umum-dengan hati dan lisan; 2) dzikir dengan membaca Al-Qur’an. Orang yang hanya dzikir lisan saja masih belum sempurna, akan tetapi masih dalam kebaikan karena minimal lisannya selamat dari sesuatu yang sia-sia.
  9. Penetapan Wajah Allah Ta’ala.
  10. Menurut Syaikh Utsaimin: تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا — merupakan isyarat, bahwa jika Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berpaling dari mereka karena alasan agama, maka tidak termasuk dalam larangan pada ayat ini. Jadi dalam hal ini tidak mutlak dilarang berpaling dari orang-orang dhuafa jika  yang menjadi pertimbangan adalah maslahat agama.

Ilmu agama akan meningkatkan kepekaan kita dalam beribadah dan bermuamalah, karena ilmu agama adalah cahaya yang dengannya menjadi terang segala sesuatu. Dan solusi dari mempunyai ilmu agama yang mendalam adalah dengan terus menerus mempelajari ilmu agama. Kita akan bisa menikmati sesuatu jika tahu ilmunya.

Artikel Pustaka Al-Atsar 

Catatan dari kajian Ustadz Abu Yaman

Dasar Shalat Isyraq

Leave a comment

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Ustadz, ada pendapat waktu sholat sunah shuruq yang dilakukan oleh mereka yang duduk di masjid dari waktu subuh s/d terbit matahari. Dan bagi yang duduk di Masjidil Haram, tilawah dan dzikir pahalanya setara dengan naik haji.
Mohon penjelasan dan hadisnya, terima kasih, Wassalam.

Dari: Aris Hartanto
Shalat-Isyraq

Jawaban:

Wa’alaikumussalam

Benar demikian. Dalilnya:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ ».

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala haji dan umrah.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menambahkan: “Sempurna..sempurna..sempurna…” (HR. At Turmudzi no.589 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Syaikh Mukhtar As Sinqithi memberikan penjelasan hadis ini, bahwa keutamaan ini hanya dapat diraih jika terpenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: More

Menempuh Sebab-sebab Kebahagiaan

Leave a comment

Allah Ta’ala telah menjelaskan kebahagiaan dan sebab-sebab kebahagiaan di dalam agama yang diridhoi-Nya. Allah memerintahkan hamba-Nya bertakwa dan Dia pun menjelaskan sebab-sebab meraih ketakwaan di dalam agama yang diturunkan-Nya. Dia yang telah Menciptakan manusia maka tentu Dia Maha Mengetahui kebutuhan mereka. Maka benarlah Rasulullah صلى الله عليه و السلام ketika mengucapkan من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريق إلى الجنة  “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu (agama), maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga” [diriwayatkan Muslim, shahih].

Koleksi Faedah Pustaka Al-Atsar

Brunei Daarussalaam, 18 Jumadi Tsani 1435 AH

Fakta dan Data Syi’ah di Indonesia

Leave a comment

Oleh: Ustadz Farid Achmad Okbah, MA

Pendahuluan

Setelah meletusnya revolusi Iran pada tahun 1979 M, paham Syi’ah Imamiyah (Syi’ah Itsna Asyariyah) mulai masuk ke Indonesia. Diantara tokoh yang terpengaruh dengan paham Syi’ah adalah Husain al-Habsy, Direktur Pesantren Islam YAPI Bangil. Al-Habsy kemudian aktif menyebarkan ideologi Syi’ah dengan kemasan apik dan berslogan persatuan kaum muslimin.

Pada tahun 1980-an, al-Habsy mengirim sejumlah santrinya untuk belajar di Hauzah Ilmiyah di Qum, Iran. Sepulang dari Qum, para santri kemudian menyebarkan ajaran Syi’ah melalui sejumlah kegiatan, baik di bidang politik, pendidikan, media, sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Dalam bidang politik, mereka masuk ke partai-partai. Dalam bidang pendidikan mereka mendirikan sekolah dari TK sampai Perguruan Tinggi. Dibidang media mereka mendirikan koran, majalah, televisi, penerbitan buku, selebaran, dsb. Dalam bidang sosial, mereka mempraktekkan nikah mut’ah. Dalam bidang ekonomi mereka membuka toko-toko, membeli angkutan-angkutan umum, dan aktif dalam dunia perdagangan secara umum. Dalam bidang medis, mereka membangun rumah sakit dan klinik pengobatan. Pada tahun 1993, jati diri al-Habsy sebagai orang Syi’ah terkuak saat dia mengirimkan laporan kegiatan Syi’ah Indonesia ke Ayatullah di Iran dan saat itu 13 guru yang bermadzhab Ahlussunnah keluar dari pesantrennya.

Inilah gerakan Syi’ah, begitu terorgaisir dengan rapi. Adapun reaksi Ahlussunnah masih bersifat tidak konsisten. Jika ada keributan mereka bergerak, jika tidak ada, mereka hanya diam dan pasif, padahal Syi’ah semakin lama semakin berkembang. More

Older Entries