Adakah suatu sikap dimana seseorang memuji orang lain tapi sebenarnya tidak benar-benar mengagumi orang yang dipuji, dimana dia sebenarnya tidak memuji orang tersebut karena orang tersebut memiliki kelebihan atau keistimewaan? Tentu ada. Bukankah ada orang yang memuji orang lain karena demi keselamatan jiwanya, atau kemaslahatan dunianya, mengharapkan manfaat dari orang yang dipujinya dan menolak mudarat dari orang yang dipujinya. Sayangnya, dalam bahasa Indonesia, keduanya akan tetap disebut dengan kata “memuji” atau “pujian”, dan dalam bahasa Inggeris akan disebut dengan kata “praise”. Berbeda halnya dengan kata yang dipakai dalam bahasa Arab yang memang kaya akan kata-kata.
Dalam bahasa Arab, sikap memuji yang tidak membawa konsekuensi adanya dorongan rasa cinta dan pengagungan, ditunjukkan dengan kata المدح . Lalu adakah kata-kata yang mewakili sikap memuji yang membawa kepada konsekuensi akan rasa cinta dan pengagungan terhadap yang dipuji? Dialah kata الحمد . Maka dari itu, pujian kepada Allah selalu menggunakan kata الحمد yang diiringi dengan nama Allah الحمد لله.
Jadi الحمد adalah penyifatan sesuatu dengan kesempurnaan (pujian) yang dibarengi dengan dorongan rasa cinta dan pengagungan kepada Dzat yang dipuji.
Solo, 1 Rabi’ul Awwal 1439H
Mengambil faedah dari Tafsir Surat Al-Kahfi Ibn Utsaimin rahimahullah